HAKIKAT PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

Makalah Mata Kuliah Filsafat Pendidikan, program studi pascasarjana Manajemen Pendidikan, Diarani Ariesta Wulandari, S.Si, M.Pd

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Menurut Dedi Supriadi (dalam Jalaludin, 2014), salah satu kegiatan keilmuan yang melekat di dalamnya kreativitas para ilmuwan adalah penelitian. Menurut Kerlinger (dalam Jalaludin, 2014), penelitian adalah proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis,terkontrol,empiris, dan berdasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara. Hasil akhir dari suatu penelitian adalah gagasan dan teori baru,dan proses ini akan terus berlangsung dengan tiada hentinya.

Proses yang berkelanjutan dalam perkembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk memperoleh informasi baru,mengembangkan menjelaskan serta menerangkan,memprediksi,dan mengontrol suatu perubahan. Dari pengetahuan,baik teori atau gagasan yang sudah ada akan melahirkan suatu yang baru. Hal ini berlangsung berkat adanya komunikasi ilmiah antara sesama ilmuwan yang dituangkan dalam tulisan. Dengan demikian penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan (Suriasumantri J.S dalam Jalaludin, 2014). Bahasa adalah salah satu sarana ilmiah yang digunakan untuk mengomunikasikan hasil penelitian.

  • Rumusan Masalah
    • Bagaimanakah struktur pengetahuan ilmiah?
    • Bagaimanakah teknik penulisan karya ilmiah?
    • Bagaimanakah penulisan notasi ilmiah?
  • Tujuan Permasalahan
  1. Bagaimanakah struktur pengetahuan ilmiah?
  2. Bagaimanakah teknik penulisan karya ilmiah?
  3. Bagaimanakah penulisan notasi ilmiah?
  • Manfaat Permasalahan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah salah satu sarana dalam memahami mengenai penelitian dan penulisan ilmiah.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Struktur Penulisan Ilmiah

Menurut pandangan Van Peursen (dalam Jalaludin, 2014),pengetahuan ilmiah ialah pengetahuan yang teroganisasi,yang dengan sistem dan metode berusaha mencari hubungan-hubungan tetap di antara gejala-gejala. Komponen utama dalam pengetahuan ilmiah adalah : 1) perumusan masalah; 2) pengamatan dan deskripsi; 3) penjelasan; 4) ramalan dan kontrol (Suriasumantri J.S, 1984). Sukardi membuat sistematika proposal penelitian sebagai berikut : 1) judul penelitian; 2) pendahuluan; 3)kajian pustaka; 4) metode penelitian; 5) jadwal penelitian dan personalia; dan 6) anggaran penelitian dan lampiran-lampiran yang relevan (Jalaludin, 2014).

Penulisan ilmiah secara logis dan kronologis mencerminkan kerangka penalaran ilmiah. Kerangka ini membantu dalam mempermudah penguasaan hal-halyang bersifat teknis. Jujun S. Suriasumantri membuat langkah-langkahnya sebagai berikut :

  1. Pengajuan masalah yang meliputi latar belakang masalah,identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.
  2. Kerangka teoretis yang meliputi pengkajian teori,pembahasan mengenai penelitian lain yang relevan, penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dan perumusan hipotesis.
  3. Metodologi penelitian :
    1. Tujuan penelitian secara lengkap operasional
    1. Tempat dan waktu penelitian
    1. Metode yang diterapkan
    1. Teknik pengambilan sampel
    1. Teknik pengumpulan data
    1. Teknik analisis data.
  4. Hasil penelitian yang menyatakan variabel yang diteliti,teknik analisis data,deskripsi hasil penelitian, penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.
  5. Ringkasan dan Kesimpulan yang meliputi :
  6. Deskripsi singkat mengenai masalah,kerangkan teoretis,hipotesisi,metodologi dan penemuan penelitian.
  7. Kesimpulan penelitian.
  8. Pembahasan kesimpulan.
  9. Mengkaji implikasi penelitian.
  10. Mengajukan saran.

Terdapat banyak pandangan lain mengenai struktur ilmu pengetahuan. Untuk mengetahui penelitian ilmiah perlu diketahui hal-hal dasar menyangkut tinjauan filsafat dan metodologis. Tinjauan filsafat terkait dengan filsafat ilmu. Sedangkan tinjauan metodologis berkenaan dengan metode penelitian. Walaupun terdapat perbedaan secara sistematis, namun semuanya menyatu dalam prinsip dasar yang sama. Oleh karena itu pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang terstruktur. Dengan demikian, langkah-langkah yang dilalui dalam proses memperoleh pengetahuan harus dijalankan sesuai struktur yang dimaksud.

  • Teknik Penulisan Ilmiah

Jujun S.Suriasumatri menjelaskan bahwa teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yaitu gaya penulisan dan teknik notasi. Masri menambahkan bahwa penggunaan bahasa dan istilah juga penting (Jalaludin, 2014). Gaya penulisan berhubungan dengan banyak faktor kemampuan penguasaan bahasa tulisan dan sekaligus tignkat intelektualitas. Sedangkan kemampuan bahasa terkait dengan tingkat kecerdasan. Seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan mampu memberi informasi dan mengkomunikasikan pikirannya dengan sistematis. Dengan memadukan antara gaya kepenulisan dan bahasa maka tulisan akan lebih menarik dan mudah untuk dipahami.

Menurut John Dewey (wahono, 2007), dasar metode penelitian ilmiah sebagai berikut:

  1. The Felt Need (adanya suatu kebutuhan): Seseorang merasakan adanya suatu kebutuhan yang menggoda perasaanya sehingga dia berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut.
  2. The Problem (menetapkan masalah): Dari kebutuhan yang dirasakan pada tahap the felt need diatas, diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi permasalahan (kebutuhan). Penemuan terhadap kebutuhan dan masalah boleh dikatakan parameter yang sangat penting dan menentukan kualitas penelitian. Studi literatur, diskusi, dan pembimbingan dilakukan sebenarnya untuk men-define kebutuhan dan masalah yang akan diteliti.
  3. The Hypothesis (menyusun hipotesis): Jawaban atau pemecahan masalah sementara yang masih merupakan dugaan yang dihasilkan misalnya dari pengalaman, teori dan hukum yang ada.
  4. Collection of Data as Evidence (merekam data untuk pembuktian): Membuktikan hipotesis dengan eksperimen, pengujian dan merekam data di lapangan. Data-data dihubungkan satu dengan yang lain untuk ditemukan kaitannya. Proses ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis.
  5. Concluding Belief (kesimpulan yang diyakini kebenarannya): Berdasarkan analisis yang dilakukan pada tahap ke-4, dibuatlah sebuah kesmpulan yang diyakini mengandung kebenaran, khususnya untuk kasus yang diuji.
  6. Kajian Teori & Kerangka Teori
    1. Definisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi; penyelidikan eksperimental yang mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi. Menurut Snelbecker (dalam Moleong 2009: 57) definisi teori adalah seperangkat proposisi yang berinteraksi secara sintaksi (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis dengan lainnya dengan data atas dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wadah untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. Sedangkan menurut Glaser & Strauss 1967 (dalam Moleong 2009: 57) menyatakan teori berasal dari data dan yang diperoleh secara analitis dan sistematis melalui metode komparatif.

  • Kegunaan/fungsi Teori

Secara umum, ada tiga fungsi teori, yaitu untuk: (1) menjelaskan; (2) meramalkan; dan (3) pengendalian suatu gejala. Sedangkan menurut Snelbecker (dalam Moleong 2009), fungsi teori yaitu:

  1. Mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian.
    1. Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban.
    1. Membuat ramalan atas dasar penemuan.
    1. Menjelaskan penjelasan dan dalam hal ini, untuk menjawab pertanyaan mengapa.

Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.

  • Deskripsi Teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan.

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan, dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:

  1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
  2. Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
  3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat penelitian permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.
  4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
  5. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
  6. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir berbeda dengan sekumpulan informasi atau hanya sekedar sebuah pemahaman. Lebih dari itu kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpikir tentang suatu hal, bukanlah sesuatu yang mudah. Diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak hanya menyimpulkan dari fakta yang dapat terindra, atau hanya dari informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu diperlukan sebuah pemikiran yang cerdas dan cemerlang akan setiap informasi yang dimilikinya dan berupaya dengan keras menyimpulkan suatu kesimpulan yang memunculkan keyakinan.

Definisi Kerangka menurut KBBI adalah rangka; garis besar; rancangan; prinsip atau konsep ilmiah yang digunakan dalam penelitian sebagai dasar analisis data. Kerangka pikir merupakan intisari dari teori yang telah dikembangkan dan mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis.

Kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka, dengan meninjau teori yang disusun dan hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang terkait. Kerangka berpikir ini digunakan sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat. Atau, bisa diartikan sebagai mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka logis (construct logic) atau kerangka konseptual yang relevan untuk menjawab penyebab terjadinya masalah. Untuk membuktikan kecermatan penelitian, dasar dari teori tersebut perlu diperkuat dengan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Kerangka berpikir penting untuk membantu dan mendorong peneliti memusatkan usaha penelitiannya untuk memahami hubungan antar variabel tertentu yang telah dipilihnya, mempermudah peneliti memahami dan menyadari kelemahan/keunggulan dari penelitian yang dilakukannya yang dibandingkan dengan penelitian terdahulu.

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya. Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka berpikir bisa meyakinkan ilmuwan, adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis. Dalam merumuskan hipotesis, setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir yang benar dan peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka berpikirnya.

Berpikir ilmiah terangkai secara sistematis, dalam suatu kerangka yang terdiri dari: penalaran, logika, analitis, konseptual, dan kritis. Proses berpikir ilmiah terbangun oleh kerangka utama ini. Dengan demikian, berpikir bisa dikategorikan sebagai ilmiah, bila prosesnya mengikuti rangkaian kerangka tersebut.

  • Penalaran

Penalaran berarti berpikir dengan menggunakan nalar (rasio). Diartikan pula sebagai cara berpikir yang logis, yang mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman. Penalaran merupakan langka pertama dalam rangkaian berpikir ilmiah. Karakteristik utama dalam penalaran ilmiah adalah:

  1. Dilakukan dengan sadar
  2. Bertujuan mencapai kebenaran ilmiah
  3. Bersifat rasional/empiris
  4. Sistematis/analisis
  5. Kesimpulan yang dihasilkan tidak mempunyai kebenaran mutlak

Menurut John Dewey proses penalaran mencakup:

  1. Mengenali dan merumuskan masalah
  2. Menyusun kerangka berpikir
  3. Perumusan hipotesis
  4. Menguji hipotesis
  5. Menarik kesimpulan.

Dalam kerangka berpikir ilmiah, alur pikiran selalu didasarkan pada proses penalaran. Adapun dalam prosesnya, bernalar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bernalar induktif dan bernalar deduktif. Penalaran induktif adalah proses berpikir berdasarkan hasil inderawi mengenai sesuatu yang bersifat khusus ke arah kesimpulan yang berlaku umum untuk keseluruhan. Berpikir induktif adalah logika berpikir yang bergerak dari hal-hal khusus untuk kemudian menggeneralisasikannya menjadi hal-hal yang umum. Sedangkan dalam penalaran deduktif, kesimpulan ditarik dari pernyataan yang berisi pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat berupa prinsip, teori, dalil atau pernyataan lain yang telah dimiliki umum mengenai suatu hal. Dengan demikian proses penalaran deduktif bergerak dari pernyataan dasar yang umum ke kesimpulan khusus.

  • Logika

Bila penalaran lebih mengacu pada proses dan alur pikiran, maka logika lebih kepada produk pemikiran itu sendiri. Logika mengkaji kriteria untuk menentukan kebenaran pernyataan atau argumen. Dengan demikian, logika dihubungkan dengan proses menarik kesimpulan menurut cara tertentu, agar diperoleh suatu kesimpulan yang valid.

  • Analisis

Analisis berasal dari bahasa Yunani analysein yang berarti “melonggarkan” atau “memisahkan”. Analisis juga diartikan sebagai penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (KBBI, 2008: 58). Menurut Jujun S. Suriasumantri, analisis adalah kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Proses berpikir ilmiah tidak terhenti pada penampilan logika induktif dan deduktif. Untuk memperoleh sebuah kesimpulan, yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan kedua logika tersebut perlu dianalisis.

  • Konsepsional

Proses berpikir ilmiah bersifar konsepsional yaitu atas dasar dan mengacu kepada konsep tertentu. Secara etimologis, konsep itu sendiri diartikan sebagai: 1) rancangan atau buram surat dsb; 2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2008: 724). Jadi dapat dikatakan bahwa konsep merupakan definisi yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena alami.

  1. Kritis

Kritis dapat diartika sebagai: 1) bersifat tidak lekas percaya; 2) bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; 3) tajam dalam penganalisisan (KBBI, 2008: 742). Bersikap ataupun berpikir kritis merupakan bagian dari rasa ingin tahu manusia. Dari rasa ingin tahu ini selanjutnya manusia mengamati, memilah, memilih, apa yang ingin diketahuinya secara lebih mendalam dengan cara menganalisis melalui berpikir kritis.

  • Pengajuan Hipotesis
    • Definisi Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang perlu diuji kebenarannya secara empirik. Istilah diuji mengandung arti bahwa hipotesis tidak perlu dibuktikan sebagai sesuatu yang benar atau salah, melainkan apakah bisa diterima atau ditolak. Hipotesis bisa diterima, jika didukung oleh fakta empirik. Sedangkan jika hipotesis itu tidak didukung oleh bukti empirik, maka hipotesis itu dinyatakan ditolak dan bukan dinyatakan salah.

  • Ciri-ciri Hipotesis
    • Berinduk pada teori, artinya hipotesis mempunyai kaitan dengan teori-teori yang berlaku dalam suatu ilmu pengetahuan dan dapat dikomunikasikan dengan ilmu pengetahuan.
    • Dapat diuji, artinya memungkinkan dapat diukur dan berdasarkan bukti-bukti empirik.
    • Sederhana, artinya jika variabel yang diteliti mempunyai banyak level, maka disusun sub-sub hipotesis yang masing-masing berkenaan dengan satu level atau dapat pula dinyatakan bahwa hipotesis harus spesifik.
    • Dirumuskan dalam bentuk pernyataan (deklaratif) dan bukan dalam bentuk pertanyaan.
    • Berdaya ramal, artinya hipotesis mempunyai tingkat perkiraan jawaban yang tepat atau mempunyai sejumlah fakta yang diperkirakan terdapat pada hipotesis.
    • Jenis-Jenis Hipotesis. 
      • Hipotesis Kerja

Rumusan hipotesis kerja ditandai dengan rumusan yang merujuk kepada :

  1. Perbedaan antara dua hal atau lebih.
    1. Hubungan antara dua hal atau lebih.
    1. Hipotesis Nol

Hipotesis nol menunjukkan kebalikan dari hipotesis kerja. Hipotesis nol menolak secara eksplisit apa yang dinyatakan di dalam hipotesis kerja. Hipotesis nol merujuk kepada tidak adanya hubungan atau perbedaan.

  • Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik merupakan transformasi dari hipotesis kerja maupun hipotesis nol. Tujuan perumusan hipotesis statistik adalah untuk menjelaskan parameter apa dari populasi yang hendak diuji.

  • Fungsi Hipotesis.
    • Menguji teori,
    • Menyarankan teori baru
    • Mendeskripsikan fenomena sosial


G. Teknik Notasi Ilmiah

  1. Definisi Notasi Ilmiah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,pengertian notasi adalah sistem lambang (tanda) yang menggambarkan bilangan nada-nada dan ujaran. Proses pelambangan, nada atau ujaran dengan tanda (huruf), catatan pendek yang perlu diketahui atau diingat. Sedangkan ilmiah adalah bersifat ilmu,. Secara ilmu pengetahuan. Jadi notasi ilmiah adalah ilmu tentang sistem lambang (tanda) yang menggambarkan bilangan nada atau ujaran dengan tanda huruf.

  • Teknik-Teknik Notasi Ilmiah 

Ada tiga teknik yang popular yang banyak digunakan di berbagai perguruan tinggi baik PTN maupun PTS, yakni sebagai berikut:

  1. Footnote

Footnote adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber kutipan, pendapat buah pikiran, fakta-fakta, atau ikhtisar. Footnote dapat juga brisi komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks, seperti keterangan wawancara, pidato di televisi, dan yang sejenisnya. Gelar akademik dan gelar kebangsawanan tidak disertakan serta nama pengarang atau penulis tidak dibalik.

Penulisan nomor pada footnote sesuai dengan nomor kutipan dengan menggunakan angka Arab, yaitu angka yang berasal dari ejaan Arab yang sekarang menjadi ejaan internasional (1,2,3, dan seterusnya) yang diketik naik setengah spasi. Footnote pada tiap bab diberi nomor urut, mulai dari angka 1 sampai dengan selesai dan dimulai dengan nomor satu lagi pada bab-bab berikutnya. Urutan Penulisan footnote antara satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi yang lain berbeda karena pada umumnya, karena setiap perguruan tinggi memiliki pedoman penulisan masing-masing.

Footnote yang merupakan rujukan ditulis berdasarkan cara berikut ini.

  1. Nama pengarang tanpa dibalik urutannya, diikuti koma.
    1. Jika nama dalam tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki mencantumkan gelar tersebut.
      1. Judul karangan dicetak miring tidak diikuti koma
      1. Nama penerbit dan angka tahun diapit tanpa kurung dikuti koma.
      1. Nomor halaman dapat disingkat hlm atau h. Angka nomor halaman diakhiri titik (.).
  2. Innote

Pada teknik ini, sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau diletakkan dalam narasi atau kalimat sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat. Pada innote ketentuannya adalah sebagai berikut

  1. Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan.
    1. Menulis nama akhir pengarang.
    1. Mencantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung.
    1. Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
  2. Endnote

Pada teknik endnote, nama pengarang diletakkan setelah bunyi kutipan atau dicantumkan di bagian akhir narasi, dengan ketentuan sebagai berikut.

  1. Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan.
  2. Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung
  3. Menulis nama akhir pengarang tanpa koma, tahun terbit titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung dan akhirnya diberi titik.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Teori atau gagasan yang sudah ada akan melahirkan suatu yang baru. Hal ini berlangsung berkat adanya komunikasi ilmiah antara sesama ilmuwan yang dituangkan dalam tulisan. Penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Bahasa adalah salah satu sarana ilmiah yang digunakan untuk mengomunikasikan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Fattah, N. (2009). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Fattah, N. (2012). Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kadir, A, dkk. (2015). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Musfah, J. (2016). Analisis Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Tilaar, H.A.R. (2009). Kekuasaan dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan Nasional dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta. Zainal, V.R, dkk. (2014). Economics of education : mengelola Pendidikan Secara Profesional untuk Meraih Mutu dan Pendekatan Bisnis. Jakarta: Gramedia.

Leave a comment